Di tengah derasnya arus disrupsi teknologi, ketimpangan sosial, dan tantangan lingkungan, pemuda Indonesia tidak hanya jadi penonton. Mereka tengah ditempa menjadi agen perubahan untuk menciptakan masa depan yang lebih adil, termasuk mencegah perkawinan anak.
Generasi muda kini menjadi kelompok demografis terbesar
dengan potensi luar biasa sebagai penggerak inovasi sosial. Melek digital,
terhubung global, dan berani menantang status quo, pemuda Indonesia punya modal
kuat untuk memimpin perubahan. Namun potensi ini seringkali belum diarahkan
secara optimal, bahkan terhambat oleh minimnya pemahaman akar masalah sosial,
keterampilan kepemimpinan praktis, hingga struktur sosial yang hierarkis.
Menjawab tantangan ini, Lembaga Kajian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (Lakpesdam NU NTB) dengan
dukungan Program INKLUSI membuat pelatihan kepemimpinan bagi anak muda di
daerah dampingan. Fokus utamanya: isu pencegahan perkawinan anak, sekaligus
membentuk kepemimpinan muda yang kolaboratif, adaptif, dan berorientasi pada
solusi.
“Pemuda bukan sekadar penerus bangsa, tetapi penggerak
bangsa. Saatnya kita ubah semangat menjadi aksi nyata yang berdampak,” tegas Solihin
ketika memfasilitasi pelatihan kepemimpinan kaum muda di Hotel Puri Saron
Senggigi (24/09).
Program ini dirancang untuk mengasah kemampuan pemuda mulai
dari perencanaan strategis, manajemen program, komunikasi efektif, hingga
advokasi kebijakan. Dengan bekal ini, anak muda tak lagi sekadar simbol
partisipasi, melainkan mitra strategis pembangunan sosial yang berkelanjutan, jelas
aktivis Gusdurian ini.
Pelatihan kepemimpinan kaum muda diikuti oleh 20 anak muda
dari perwakilan forum anak, pendamping sebaya, karang taruna, organisasi mahasiswa
dan kepemudaan di Lombok Utara.
0 Comments:
Posting Komentar