Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM
NU) Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar pelatihan pemberian konseling kepada
jejaring kader desa di Kabupaten Lombok Utara. Pelatihan ini dilaksanakan
selama tiga hari senin-rabu (17-19/02) di Medana by Marina Hotel. Pelatihan ini
difokuskan pada peningkatan kemampuan kader desa dalam merespon dan mendampingi
kasus perkawinan anak. Kegiatan ini terselenggara atas dukungan Program INKLUSI,
Kemitraan Australia-Indonesia menuju masyarakat inklusif.
Dalam training ini, para peserta akan belajar banyak tentang konsep, prinsip,
alur dan teknik konseling agar bisa menjadi konsultan yang mampu melakukan
pemberian layanan konsultasi pencegahan dan penanganan perkawinan anak ditengah
masyarakat. “Kami berharap dengan pelatihan ini para peserta akan memiliki perspektif
tentang keluarga maslahah, keterampilan dan kecakapan untuk melakukan
konsultasi”, ungkap Ketua Lakpesdam NU NTB Muhammad Jayadi.
Selain tujuan diatas, pelatihan konseling dilakukan sebagai respons atas
kurangnya sumberdaya yang bisa memberikan pendampingan dan tempat konsultasi bagi
para korban atau mereka yang melakukan perkawinan anak termasuk orang tua di
desa. “Dengan adanya kader yang memiliki kemampuan konseling, kita berharap ada
akses dan wadah bagi anak-anak. remaja, orang tua dan kelompok rentan di desa untuk
melakukan konsultasi, diskusi, pendampingan maupun edukasi terkait perkawinan
anak dan dampaknya”, tambahnya.
Peserta pelatihan berjumlah 20 orang, berasal dari perwakilan pemerintah
desa, aktivis perempuan desa, penyuluh non PNS, pendamping sebaya dari forum
anak, jejaring kader Lakpesdam PCNU dan PC Fatayat NU Kabupaten Lombok Utara.
Kegiatan pelatihan mengundang tiga orang fasilitator nasional diantaranya ; Nurmey
Nurul Haq, instruktur nasional Bimas Islam BKS Kementerian Agama dan aktivis GKMNU,
Vitria Lazzarini Latief, psikolog dan aktivis sosial Yayasan Pulih dan Nur
Hasyim, dosen Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang, aktivis Rifka Annisa
Women Crisis Center.
0 Comments:
Posting Komentar