Rangkaian penyelenggaraan haji tahun ini sudah hampir
selesai. Ini ditandai dengan telah suksesnya prosesi Armuzna (Arafah,
Muzdalifah dan Mina) sebagai puncak ritual haji. Bagi jamaah gelombang
satu sudah selesai melakukan tawaf wada’ (perpisahan) dan hari ini mulai
kembali ke tanah air dengan suasana bahagia (surur) dan memperoleh Haji mabrur,
seperti jamaah LOP 1 Kota Mataram.
Sementara bagi yang datang gelombang kedua akan melanjutkan
perjalanan spiritualnya menuju Madinah untuk melakukan arbain, berdoa di
Raudhah dan ziarah ke makam Rasulullah serta tempat bersejarah lainnya. Mereka
tetap diingatkan untuk menggunakan tashrih dan nusuk jika ingin masuk ke
Raudhah.
Dalam sejarah penyelenggaraan Haji di tiga tempat Armuzna
tersebut pernah terjadi peristiwa yang kadang melahirkan sindrome traumatis
jika mengingatnya. Dari kekurangan tenda bahkan pernah kebakaran di Arafah,
tragedi arus balik di terowongan Mina sehabis lempar jamaraat dan yang terbaru
adalah tragedi Muzdalifah tahun lalu, di mana jamaah haji kita terlambat untuk
didorong ke Mina, sampai banyak korban karena tidak kuat menghadapi teriknya
sinar matahari di Makkah ini.
Di sisi lain jumlah Haji kita terus bertambah sampai
menembus 200-an ribu jamaah dengan berbagai latar belakang sosial, pendidikan,
tradisi dan status sosial yang sangat variatif. Namun bukan berarti tidak bisa
menggapainya. Kementerian agama bersinergi dengan lembaga lainnya seperti
kementerian kesehatan, kementerian perhubungan, keimigrasian dll berjibaku
menyiapkan haji.
Petugas dari berbagai latar belakang profesi dan ormas dari
seluruh tingkatan sejak dari tanah air (waktu bimtek) sudah diminta untuk
disiplin melaksanakan aktifitasnya sesuai dengan tugas masing-masing, dengan
orientasi kerja yaitu kepuasan jamaah (manuuthun bilmaslahah). Karena seperti
sering disampaikan oleh Gus Men, Pak Sekjen dan Dirjen petugas haji hadir dan
dihadirkan di sini untuk melayani jamaah.
Setiap saat petugas akomodasi, kesehatan dan bimbingan
ibadah ditunggu kehadirannya oleh jamaah. Jadi praktis mereka beraktifitas 24
jam tanpa ada hari libur. Seperti pengalaman penulis musim haji tahun
2029.
Walaupun petugas harus koordinasi tetapi tidak larut dalam
diskusi tak berkesudahan. Butuh eksekusi dan inovasi yang tepat dan cepat. Kata
Gus Men, lebih baik satu kegiatan yang sudah dieksekusi dari pada seribu
perencanaan atau laporan. Ini analogi dari perkataan ulama yang mengatakan:
Engkau menyalakan sebuah lilin kecil itu lebih baik daripada mencaci maki
kegelapan.
Ini sekaligus memberikan warning dan pencerahan bagi
sebagian komunitas yang tidak mau melihat penyelenggaraan haji secara obyektif
dan totalitas. Dibalik kesuksesan itu ada beribu cerita heroik dan bahkan
membuat hati pilu nan empati ketika harus melayani jamaah lansia, disabilitas
dan yang menjalani safari wukuf.
Kami dari tim monev haji tahun 2024 menyaksikan langsung
para petugas berjibaku melayani jamaah, bahkan mereka ada yang menjadi syuhada’
Haji. Maka sangatlah tepat jika pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama
melaksanakan kegiatan menyapa dan memberikan apresiasi bagi petugas haji,
seperti yang dilakukan oleh Gus Men beberapa waktu lalu. Sekecil apapun
perjuangan Gus Men sangat memberikan apresiasi.
Masih dalam rangka memberikan kepuasan lahir bathin jamaah
dan mitigasi beberapa tragedi tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Agama
melakukan inovasi dan kebijakan baru musim Haji tahun ini, diantaranya adalah
manajemen tata kelola dari hulu ke hilir dan adanya platform “Kawal Haji”
sebagai instrumen pertanggungjawaban ke publik.
Saran, kritik dan problema haji bisa disampaikan langsung
agar mendapatkan respon secepatnya. Tentunya dengan identitas yang jelas dan
didukung oleh data yang valid. Bagi jamaah yang tidak terbiasa dengan instrumen
digital, bisa bertanya atau memberikan catatan dan masukan langsung kepada
petugas yang ada di kloter dan sektor. Bahkan kepada kami sebagai tim monev
tidak sedikit jamaah yang langsung bertanya, memberikan saran dan masukan untuk
perbaikan penyelenggaraan berikutnya.
Begitu juga catatan dan evaluasi perjalanan haji dari
berbagai perspektif benar-benar menjadi referensi pemerintah dan petugas
Haji. Kadang ada celaan, mendegradasi kesuksesan Haji, nyinyiran, dianggap
monopoli (padahal lintas sektoral, dan generalisasi satu kasus tanpa data
otentik serta tak ada tabayyun, tidak membuat para petugas haji kehilangan
semangat kerjanya.
Ada pompaan semangat dari Gus Men, Pak Sekjen dan Pak
Dirjen yang terus menerus disampaikan yaitu, “Tugasmu adalah ibadahmu, teruslah
berbuat baik, walaupun orang lain tidak suka kepadamu. Kadang kala orang
mencela kita bukan karena perbuatan burukmu tetapi karena perbuatan baikmu.
Teruslah melayani jamaah, karena kita hadir dan dihadirkan di sini untuk
melayani jamaah”.
Ini seiring dengan sabda Rasulullah: Sayyidul Ummah
Khodimuhum (Pemimpin dan petugas haji adalah pelayan ummat atau jamaah). Inilah
petugas yang dirindukan oleh jamaah dan tentunya akan dikenang sepanjang masa.
Semoga haji kita mabrur dan berimplikasi secara vertikal dan horizontal
sekembalinya kita ke tanah air. (*
0 Comments:
Posting Komentar