![]() |
Kepala Desa Jembatan Kembar 'Amirullah. SPdi", saat menyampaikan kesiapannya mendorong desanya menjadi desa layak anak |
Anak adalah kelompok masyarakat yang peling rentan
terpapar kekerasan dengan segala ragam bentuknya. Trend kekerasan terhadap anak
kasusnya terus meningkat dari tahun-ketahun. Menurut data yang dirilis oleh Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP2AKB) melalui
P2TP2A provinsi NTB, tercatat tahun 2016 angka kekerasan terhadap anak mengalami
peningkatan. Dari 1.679 kasus kekerasan di tahun 2001 naik menjadi 1.821 kasus di
tahun 2016. Kekerasan seksual adalah kasus yang angkanya paling tinggi yang
dialami oleh anak-anak di NTB.
Tingginya angka kekerasan terhadap anak di Nusa
Tenggara Barat, mendorong Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Nahdlatul
Ulama (Lakpesdam PWNU) Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar diskusi
perlindungan anak, lewat forum kajian bulanan Silatul Afkar Lakpesdam PWNU Nusa
Tenggara Barat, selasa (07/19).
“Diskusi atau kajian ini adalah cara kami merespon
situasi kekerasan yang dialami oleh anak-anak di NTB. Lakpesdam PWNU khawatir
jika kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh anak-anak tidak menjadi perhatian
serius dari pihak-pihak terkait terutama pemerintah, maka akan menjadi bom
waktu yang akan susah tertangani dikemudian hari, juga akan menjadi pretense buruk
bagi daerah. Dan hal ini tentu tidak kita inginkan, harus ada upaya-upaya
sistematis dan terpadu untuk mencegah dan melindungi anak-anak kita dari
ancaman kekerasan, semisal mendorong adanya kebijakan strategis yang melindungi
anak-anak dari ancaman kekerasan. Seperti diskusi hari ini, Lakpesdam PWNU mengundang
Kepala Desa Jembatan Kembar, berdiskusi dan mendorong desanya menjadi desa
layak anak”, ungakap sekertaris Lakpesdam PWNU NTB Apipuddin.
Kepala Desa Jembatan Kembar Amirullah. SPdi,
menyambut baik gagasan yang dikembangkan oleh Lakpesdam, menurutnya hal itu
harus menjadi perhatian para kepala desa khususnya desa-desa yang ada di Lombok
Barat, mengingat Lombok Barat adalah daerah yang memiliki potensi terjadinya
kasus-kasus kekerasan kepada anak karena merupakan daerah tujuan wisatawan dan
dekat dengan pelabuhan.
“Kami di Desa jembatan Kembar telah memulai gerakan
perlaindungan anak, salah satunya dengan mulai menginisiasi awik-awik
dimasing-masing dusun, mendata jumlah anak, memberikan beasiswa bagi anak-anak,
membuat posyandu remaja dan lain-lain. Kedepan kita mengupayakan adanya
peraturan desa dan mengalokasikan anggaran khusus buat mendorong Desa Jembatan
Kembar menjadi desa percontohan layak anak, kami berharap teman-teman Lakpesdam
NU mendampingi kami dalam ikhtiar mewujdukan desa layak anak”, harapnya.
Forum kajian bulanan silatul afkar Lakpesdam PWNU
juga dihadiri : perwakilan LBH Sila, kepala desa persiapan longseran, aktivis
mahasiswa, perwakilan Karang Taruna, Akademisi UIN Mataram, Aktivis Perempuan,
dll.
0 Comments:
Posting Komentar